Kamis, 12 Desember 2024
Angga Roni Priambodo | Cesar Uji Tawakal : Kamis, 01 Agustus 2019 | 07:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Mobimoto.com - Jauh sebelum "invasi" produk-produk kendaraan buatan Jepang, motor-motor buatan Eropa dan Amerika Serikat telah terlebih dulu "mengkolonialisasi" jalanan di tanah air.

Terkait hal itu, Mobimoto.com sowan ke sebuah klub motor antik di Solo. Bernama Iron Buffalo, klub yang telah berdiri sejak tahun 1994 ini telah mengaspal selama sekitar seperempat abad.

Tak cuma itu, mereka juga menyimpan sejumlah kisah unik mengenai sederet fenomena yang terkait dengan dunia roda dua di tanah air yang membuat penasaran.

Roda dua sebagai bagian dari sejarah Indonesia

Bukan barang baru, ternyata kendaraan roda dua alias sepeda motor telah lama hadir di tanah air. Menurut Hendra Bayu, presiden dari klub tersebut mengungkapkan bahwa sepeda motor adalah bagian dari sejarah panjang Indonesia.

Pria paruh baya asal Solo ini menuturkan bahwa sepeda motor telah hadir bahkan sejak jaman perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Klub Motor Antik Solo, Iron Buffalo. (Mobimoto.com/Iqbal A)

"Kami beserta klub ini tak sekedar touring, namun kami juga mengemban misi edukasi, di mana kami ingin membeberkan bahwa kendaraan roda dua erat kaitannya dengan sejarah Republik Indonesia." ujar pria yang akrab disapa Pak Bayu tersebut.

"Motor-motor tua itu harus dilestarikan karena ini bagian dari sejarah." imbuhnya.

Ia juga menuturkan bahwa pada mulanya, sepeda motor di bawa oleh orang-orang Eropa demi menjalankan kepentingan mereka.

Motor antik "keranjangan" yang telah dihidupkan kembali. (Mobimoto.com/Cesar Uji Tawakal)

"Jauh sebelum produk-produk Jepang datang, sepeda motor buatan Eropa dan Amerika Serikat telah hadir di tanah air. Biasanya dipakai untuk berpergian di area pabrik-pabrik gula atau digunakan oleh para misionaris yang menyebar ajaran mereka di tanah air, pada masa penjajahan." terangnya.

Merawat si motor purba

Mesin salah satu motor antik di Solo. (Mobimoto.com/Cesar Uji Tawakal)

Namun tak mudah, dalam menjaga para motor "purba" ini agar mesinnya tetap "berdetak", perlu dilakukan banyak usaha, apalagi karena suplai onderdil yang susah didapat.

"Sekarang sudah mendingan. Sejak adanya internet, cari-cari onderdil lebih mudah. Jaman dahulu, onderdil kebanyakan beli dari teman, walaupun kadang gratis kalau onderdil tersebut memang 'nganggur'. Bagi temen, yang penting motor kami bisa jalan bareng." terang sang presiden klub.

Di balik melonjaknya harga beberapa tipe motor bekas

Semakin langka, populasi motor-motor antik di Indonesia tentu selalu berkurang lantaran faktor usia. Namun justru hal itulah yang membuat motor-motor antik semakin bernilai.

"Bedanya motor antik itu, bahkan laki-laki yang bukan penyuka motor juga senang melihat motor antik pasti seneng. Apalagi kalau naik motor antik, langsung keluar semua aura kelaki-lakiannya." terang terang warga Ngemplak tersebut.

Bukan "mainan" sembarang orang, tingginya harga motor-motor antik membuat motor ini mendapat perlakuan istimewa dengan banderol istimewa pula. Namun ada beberapa daktor yang mempengaruhi harga-harga dari motor antik.

Bincang-bincang bareng klub motor Iron Buffalo asal Solo. (Mobimoto.com/Cesar Uji Tawakal)

"Makin orisinil serta banyak kelengkapan pernik, harga motor semakin mahal. Apalagi jika ada komunitasnya." terang Hendra Bayu.

Tak cuma di motor antik, ia juga mengungkapkan faktor di balik melonjaknya harga beberapa motor dan mobil seperti Honda Estilo dan Yamaha RX-King.

Bukan karena spekulasi, kenaikan harga tersebut dipengaruhi adanya permintaan yang tinggi.

"Kendaraan yang punya riwayat baik pasti banyak disukai dan punya komunitas. Semakin besar komunitas, semakin besar permintaan, semakin harganya melambung." ungkapnya.

BACA SELANJUTNYA

Persiapan Touring Motor Jarak Jauh di Libur Idul Adha